Bismillah...
Alhamdulillah, Ramadhan 1446 Hijriah kemarin, menandai sudah 10 kali Ramadhan kami lalui di sebuah kota kecil bernama Tuban.
kota kecil yang berjarak sekitar 103km dari kota Surabaya. Kota wali (katanya), kota legen, minuman dari pohon siwalan, yang rasanya manis sedikit pahit, dan jika dibiarkan beberapa hari maka akan terfermentasi dan menjadi tuak atau toak, yang berdasarkan hasil googling, mempunyai kadar alkohol sekitar 5%, bisa lebih jika bertambah waktu.
Berdasarkan pengamatan pribadi, perekonomian Tuban disokong oleh adanya beberapa industri cukup besar, seperti pabrik semen, lalu ada TPPI, kemudian yang baru masuk adalah pertamina, kemudian ada PLTUTanjung awar-awar.
Industri ini sepengamatanku, cukup menyokong perekonomian di Tuban.
10 tahun lalu saat aku pertama kali mendaratkan kaki ku di Tuban, kota ini cukup sepi. bahkan saat itu, kami datang saat Ramadhan, dan kami kesulitan mencari warung untuk membeli makan.
Ba'da Isya kondisi pusat kota sudah menunjukkan penurunan aktifitas. tak banyak kendaraan yang lalu lalang. membuatku membatin, 'Kota iki kok koyo kota mati'
Alhamdulillah perlahan-lahan Tuban mulai menggeliat dan semakin maju dan ramai.
Ini adalah salah satu sudut di taman Abirama, yang sebelumnya hanyalah rest area yang mangkrak, sekarang yaa lumayan lah sudah bagus. Katanya sih kalo malam lumayan rame. warung-warung yang ada juga bukanya sore menjelang malam.