Our Journey to The Future

Our Journey to The Future

Rabu, 24 Agustus 2011

kecewa!

Disaat aku sedang bersemangat mengumpulkan rupiah demi rupiah. menggiling adonan cheese stik, menimbangnya dan mempacking sederhana dengan plastik bening, demi beberapa rupiah untuk disimpan.

tiba-tiba aku shock. shock ketika menemukan sebuah blog yang ditulis oleh salah satu kerabatku.

shock karna membaca tulisan-tulisan awalnya. yang bercerita tentang perjalanannya ke dua negara tetangga.

shock membaca dia berbelanja. shock membayangkan berapa rupiah yang dia keluarkan untuk tiket pp. shock melihatnya memakai kuteks yang kutau dari para seller multiply, harganya sekitar 200ribu.
aku shock. terpana. speechless..

Ya Allah..

bapakku kerja dari pagi sampai sore. kadang nggak kenal hari libur. dan dari situlah bapak bisa mengumpulkan beberapa ratus ribu yang salah satunya, tiap 6 bulan dikirimkan padanya untuk membayar uang kuliah.
dan dia bisa berlibur keluar negeri!!!

Astagfirullah...

aku mencoba mencari tau kebenarannya. menghubungi mbakku diujung indonesia sana. bertanya bagaimana sebenarnya dia.

awalnya aku cukup lega, ketika mbak mengatakan ia keluar negri karna pekerjaannya.
tapi lalu aku baca lagi..

bukan!
dia keluar negeri bukan karna pekerjaan. dia menulisnya dengan jelas.
LIBURAN!

Astagfirullah..

aku ingin berpositif thinking padanya. tapi nggak bisa. bahkan setelah mbakkku aku beri alamat blog itu, diapun lalu ikutan panik. ikutan nggak percaya..
bahkan sang ibu sempat bertanya pada mbak, apa benar dia keluar negeri karna pekerjaan.

melihat kenyataan yang ada, aku menyimpulkan, sang ibu pun dibohongi!

disatu sisi aku nggak pengen kasih kabar buruk ini ke bapak. aku nggak suka kalo bapakku kecewa. tapi aku juga nggak mau uang jerih payah bapakku dihambur-hamburkan seperti itu.

mereka dulu kaya..
cukup kaya sampai bapak sempat sakit hati karna dicuekin.
cukup kaya sampai nenek tidak bisa menemukan gula untuk membuat kopi dipagi hari..

tapi lalu kami melupakan itu semua.
ketika mereka tak lagi kaya..
ketika mereka membutuhkan kami. kami berusaha selalu ada..

dan ketika maut datang. kami memberikan semua hak yang menjadi peninggalan almarhum. kami masih selalu menjaga komunikasi dengan mereka. membantu mereka

tapi apa yang terjadi dengan si sulung ini??
ahhh...

aku kecewa...
aku nggak suka keluargaku dibohongi. aku nggak suka bapakku dimanfaatkan.

aku masih mencari cara mengetahui yang sebenarnya. meski semua akses yang berhubungan dengan social networknya diset private. aku tau Allah akan membantuku menunjukkan apa yang benar dan apa yang salah..

insya Allah aku nggak akan membiarkannya mempermainkan keluargaku..
aku juga sulung, dan aku tau yang terbaik buat keluargaku!

9 komentar:

Amanda Putri mengatakan...

Sabar ya mba.
Semoga Allah selalu menunjukkan jalanNYA.

Tarry Kitty mengatakan...

Kdng heran dgn mrk2 yg bs keluar negri. Katanya urusan pekerjaan. Tp knp kok rombongan? Yg pastinya habis biaya mahal. Drmn uangnya? Knp tdk dimanfaatkan untuk yg lbh penting? Ntahlah

Yg sabar ya mbak. . . .

Lyliana Thia mengatakan...

Kelakuan orang2 terdekat emang kadang sulit dipercaya, "masak sih dia begitu?"

Teganya ya...

Semoga usaha Mbak Ita utk menunjukkan kebenaran dimudahkan Allah.. Amin..

Muhamad Ratodi mengatakan...

semoga bisa "clear" urusannya mbak...
ditunjukkan oleh Alloh Ta'ala mana yang Haq mana yang Bathil...

emang sakit banget rasanya dimanfaatin terlebih lagi dengan kebohongan...:(

Gaphe mengatakan...

heem.. repot juga ternyata yah, meskipun nggak tahu detail kronologisnya.. tapi mungkin berkhusnudzon adalah salah satu jalan yang terbaik.

mungkin nanti kalo kerabatnya sudah pulang, bisa ditanyakan baik-baik dan diperjelas duduk masalahnya.

nggak dilink sekalian blognya dia mbak?

Ummi Ita mengatakan...

@all : maaf yang aku jadi numpang curhat disini. abis nyesek sendiri. apalagi pagi ini kan bapak mamak main kerumah. rasanya ga rela ngeliat mereka dibohongi...

insya Allah aku masih mencoba berpikir positif..
semoga saja dia nggak seperti itu. makanya masih niat banget buat cari tau kebenarannya. kalo bukti2 udah aku dapat, baru aku kasih tau orang tuaku..

sebenarnya bukan masalah harta. aku selalu yakin uang gampang dicari selama kita berusaha. cuma aku merasakan ada tanggungjawab dibalik itu. terlebih setelah ayahnya meninggal. dia nggak punya saudara kandung cowok. jadilah aku mikir, kami-kami ini juga ikut bertanggung jawab atas baik buruknya dia dan adik-adiknya, karna kami keluarga terdekatnya..

semoga aku bisa segera tau yang mana benar dan mana yang salah...

Lidya mengatakan...

semoga diberikan kemudahan ya dalam mencari kebenaran

Annisa Reswara mengatakan...

Sabar ya mbak Ita. yang benar itu selalu menang kok :D

Orin mengatakan...

pasti adaaaa aja ya mba yg seperti itu, di keluarga saya jg ada yg begitu tuh, mengecewakan, mengesalkan, sekaligus menyedihkan, karena toh semua sikap buruk itu akan kembali pada pembuatnya suatu saat nanti...